NANO ROMANZA

NANO ROMANZA
Nama : Nano Romanza
RIP : 2018
Warga : Indramayu
Umur : mungkin saja 56 Tahun
Nama group : ROLISTA 1983
Pesaing berat RhomaIrama
Album Hits : Halilintar
Status : Kawin 7 kali.
Istri : Dewi Anggun (33 tahun)
Aktivitas : Menganggur karena kena stroke 4 kali
Katanya: "Belum pernah ada seorang seniman didunia ini yang struk 4 kali masih hidup"
1980’an -“Nano Group” - Pimp: Nano Romanza
1983 - Group ROLISTA berdiri ( Rombakan Lingkungan Seni Tarling), Pimp: Nano Romanza.
Dengan Album: Bagi-Bagi Dong - Borobudur - Halilintar (Sukses Nasional) - Rock N’ Roll Dangdut - Merdeka - Kudeta - Serupa Tapi Tak Sama.
Nano Romanza saat sutradara Tarling is Darling pertama kali ketemu, keadaan yang cukup prihatin sekali sehingga dengan refleks sutradara langsung memfilmkan dirinya saat itu juga. Sedangkan kang Jaham sibuk menjelaskan siapa sutradara ini dan apa yang sedang dilakukannya. Tidak banyak pertanyaan dari Nano, dia hanya berharap setelah shoot hari itu dia akan dapat uang yang cukup untuk beli beras. Sutradara masih sibuk melihat situasi dia saat itu, Dewi Anggun (Istri ke 7 Nano) saat itu ada dan juga ke 4 anak lelaki semuanya juga ada. Tidak tega melihat situasi yang ada, setelah mengambil satu adegan Jaham ketemu Nano, sutradara langsung berkenalan dan ngobrol banyak. Tentang dirinya dan situasi keluarga dan juga apa yang hendak dibuat sutradara atas filmnya saat itu. Bagi Nano tidak peduli yang penting adanya uang untuk menyambung hidupnya. Sutradara langsung mengambil Nano bagian dalam filmnya Tarling is Darling. Saat itu juga Nano memperkenalkan lagu terbarunya Nikah Lari, sutradara sangat menyukainya.
Nasib tetaplah nasib, saat film hampir selesai dan hendak Pemutaran pertama di Busan International Film Festrival 2017, Nano telah meninggal dunia. Sehingga Nano belum sempat menontonnya.
Lagu-lagu Nano Romanza
NANO ROMANZA & ROLISTA -Dalam Karir Musik Dangdut Tarling
Nano Romanza
Pertamakali Sutradara/Cinematography bertemu dengan dia tidak sengaja. Disaat kesibukan shooting Kang Jaham dan teman sesama profesi musik dangdut Tarling, mereka selalu menyebut nama Nano. Terlintas oleh sutradara untuk mengetahui dan ingin berkenalan sama yang namanya Nano Romanza. Maka Kang Jaham mengajak ke rumah Nano.
Kang Jaham adalah salah satu personil musik group Pimpinan Nano Romanza ini dulunya. Begitu banyak nama group yang dibuat oleh Nano saat itu, tetapi awal muncul Nano dimulai saat dia membuat group bernama PUTRA BUDAYA (1979)- Indramayu. Dan setelah itu (1983) berubah menjadi ROLISTA (Rombakan Lingkungan Seni Tarling). Dengan Album
Bagi-Bagi Dong.
Borobudur
Halilintar (Sukses Nasional)
Rock N’ Roll Dangdut
Merdeka
Kudeta
Serupa Tapi Tak Sama
Nano adalah orang yang pertama mencampurkan seni Drama Tarling dan Musik Dangdut. Mereka menyebutnya Dangdut Tarling. Artinya Musik dangdut dulu yang manggung, setelah itu baru drama Tarling (biasanya tengah malam hingga selesai berkisar 3-4 jam). Saat itu masyarakat masih menggemari drama Traling, drama panggung lucu-lucuan, tema yang isunya saat itu, dan dihiasi lagu-lagu sederhana. Musik penggiring Drama ini adalah cuma, suling, gitar listrik dan gendang. Dan saat itu juga Dangdut sangat digemari, sehingga menggabungkan dua pertunjukan ini dalam satu panggung.
Nano adalah orang yang pertama juga mencampurkan cengkok nyanyian tarling ke dalam dangdut, mencamput cengkok Tarling ke dalam dangdut. Dia juga berexperimen dengan dangdut campur cengkok Tarling, hingga ke rock.
Saat ke suksesan Nano dengan Rolista, Rhoma Irama sangat terganggu saat itu. Karena Nano muncul dengan berani membawakan lagu daerah, Mencampurkan musik dangdut, gamelan jawa dan lainnya, dan dandanannya juga mengikuti Rhoma Irama saat itu. Tetapi memang saat itu dandanan penyanyi dangdut hampir sama, tidak hanya Nano, Marakarma juga. Sehingga beberapa orang menjulukinya pesaing Rhoma Irama, dan Group Rolistanya sempat di juluki Soneta 2.
Dulu mereka suka tampil di TVRI, Aneka ria safari. Dari sinilah Rhoma Irama mengetahui Nano dengan dandanan yang mirip dengan dia. Dari dari sinilah muncul ide, fans rhoma Irama harus mengikuti dandanan seperti Rhoma Irama.
Nano juga sempat mendapat tawaran main film, tapi sayang, tidak terlaksana baik, sehingga film putus tengah jalan.
Kalau Rhoma Irama berbasis Islam secara pemikiran dan lagu-lagunya, Nano muncul dengan idealisme Nasionalismenya. Salah satu yang khas adalah Intro awal pembukaan sebelum konser dia selalu menyapa penonton dengan Saudara sebangsa dan setanah air. Assalamuaikum, lalu mengucapkan salam sejahtera bagi yang beragama lain. Selanjutnya dia sering melantunkan pantun Jawa dulu sebelum memulai menyanyi.
Bagi Nano Indonesia berbagai suku dan ras, juga agama, harus bersatu dibawah Indonesia yang di apit oleh Bhineka Tunggal Ika. Dan hidup damai dan tentram.
Nano juga sangat kental dalam hal Kejawennya, dia percaya akan dunia lain (Bagi saya Mistik adalah Budaya), dia sering melakukan ritual ini, seperti berjalan jauh, tidur di tempat yang dianggap kramat sebelum menuliskan lagu/ide dalam musiknya. Hal ini sama dilakukan oleh penyanyi sinden wayang dan seni daerah lainnya. Biasanya mereka mendatangi kuburan penyanyi legendaris dahulu dan mendapatkan Wejangan agar suara lebih bagus dan sukses.
Pertama kali sutradara datang kerumahnya sangat terpana sekali. Bagaimana mungkin ada sosok seorang yang sudah tua dan rapuh ditempat yang gelap seperti ini sambil merokok dan mendengarkan lagu yang cukup bagus. Lagunya "Nikah Lari". Ternyata lagu itu sudah 2 tahun dia buat, dan dia dengarkan setiap hari. Dia tidak dapat memasarkan lagu ini karena tidak ada yang membiayainya untuk di angkat. Sepontan Sutradara mengambil lagu ini untuk diangkat ke publik.
Bagi sutradara, Nano adalah sosok yang sangat klise dalam cerita seorang dengan ke suksesannya yang kini sudah hancur terpuruk. Banyak kasus seperti ini. Dan sutradara mengangkat Nano Romanza ke dalam film sebagai simbol tentang hal ini, kesuksesan dan terpuruk, simbol kejayaan Tarling Dangdut, dan juga menghormati sosok yang menjadi legend. Dia juga lambang dari Idealisme yang terpuruk akan globalisasi jaman.
Kini dia hidup dengan istri ke 7 nya bernama Dewi Anggun (penyanyi yang sedang meniti karir). Mereka tinggal di rumah kecil pinggir kali di Kertasemaya Indramayu.
Bagi sutradara mengangkat Nano ikut dalam karakter dalam film adalah sebuah penghargaan terhadap dia dalam musik dangdut Tarling.






