top of page
Search
  • Writer's picturetarlingisdarling

Apa itu TARLING.

Diantara musik tradisional Indonesia, terlalu banyak percampuran di dalamnya saat ini. Ini mungkin karena banyaknya waktu melamun dan nongkrong di budaya Indonesia sehingga semua apa pun akan menjadi seni.

Lihat aja saat membangunkan orang Sahur saat puasa, mulai dari beduk, kentongan, hingga kaleng rombeng pun dibunyikan untuk membangunkan orang untuk Sahur. Mulai lah apa yang di pukul itu menjadi irama, dan teriakan lambat-laun menjadi lantunan, akhirnya bunyian yang sudah berirama itu bersinegri dengan teriakan yang akhirnya menjadi lantuan selaras dengan rytme, lalu jadi lah sebuah karya seni.

Membangunkan orang Sahur tergantung dari iramanya, ada yang konstan, ada yang berawal dari hentakan lalu lambat laut menjadi syahdu, ada juga dengan bit bersemangat.

Lalu apa jadinya kalau sejumlah anak muda yang susah tidur di malam hari, sambil memukul-mukul apa yang bisa di pukul, lalu dengan irama yang teratur, dan tanpa di sadari mulut akan mengeluarkan suara, kata, kalimat sehingga menjadi lantunan sesuai apa yang ada di otak dan pikiran, lalu jadilah sebuah lagu. Kalau pun di suruh ulangi lagi di malam berikutnya, belum tentu sama persis. Mungkin sama seperti sejumlah musisi sedang nge-Jam,...asal main, ikuti pikiran dan hati, makan apa yang keluar dari mulut itul;ah syair.

Kalau ada pantun, kalau ada puisi, lalu diiringi dengan alat musik, makan jadilah sebuah lagu. Bolot di pukul satu ketukan, lalu panci di pukul 1/2 ketukan, lalu sendok garpu di pukul dengan ketukan yang lain,...maka akan menjadi Rytme. Lalu mulut mengucapkan kalimat pembuka, lalu terus bercerita tentang ssebuah cerita dimana sytme itu terus mengiringinnya,....itulah TARLING.

Sangkin serunya mulailah di nyanyikan dengan beradegan, lalu ada penontonnya. Sehingga menjadi Drama Tarling. Penonton terhibur, karena jalan ceritanya biasanya yang ada di sekira mereka, paling sering adalah perjodohan, percintaan, atau percintaan yang tak di restuin keluarga. Di sela-sela adegan, mereka bernyanyi. Inilah seni yang sudah lama ada di Wayang, di mana Sinden menyanyikan adegan, dan dalang mengucapkan adegan sesuai naskah. 

Oke singkat saja tentang TARLING. Sesuai dalam Film Tarling is Darling seorang Kiyai menyatakan artinya en wis mlatar gage eling (Andai banyak berdosa segera bertaubat). Tarling, Tar...Eling..(Nanti Taubat). TARLING = GITAR + SULING, iya juga....bebas saja.

Kalau di tarik jaman wayang, di Indramayu, makan jangan kaget Tarling sudah ada di tahun 1931 di Desa Kepandean, Kecamatan/Kabupaten Indramayu. (mereka menyebutnya saat ini kampung tarling dan ada patung orang dengan Gitar Dan Sulingnya, cuma patunya warna hitam sehingga tidak terlihat patung itu secara jelas, seperti bayangan hitam saja.)

Jaham, tokoh dari Film Tarling is Darling bilang, Gitar itu milik Spanyol, entah kenapa beredar Gitar kepunyaan wong Blanda di perbaiki tapi tidak diambil sama yang punya, sehingga tukang memperbaiki gitar ini Kang Sakim memainkannya. Karena Kang Sakim ini tukang perbaiki gamelan juga, maka dia memainkan dengan nada-nada gamelan. Entah dari mana Kang Sakim ini bisa main gitar, atau asal genjeng saja sesuai hatinya. Padahal dia orang Indramayu.

Lalu suling, Kata Kang Jaham, lagi di dalam Making of Tarling is Darling, yang ada di Youtube, suling milik orang Jepang, saat kalah perang sulingnya ketinggalan, lalu di mainkan oleh orang Indramayu.

Lalu entah dari mana ketemunya Gitar dan Suling?, Mungkin mereka teman satu nongrong, lalu asal membunyikan saja. Karena mereka dari ahli gamelan, maka intonasi yang keluar adalah gamelan, lalu mulai lah mulut mengeluarkan kata, kalimat hingga cerita pendek yang membuat mereka tertawa. Lalu yang lain mengambil panci, ceret kopi mreka dan botol untuk menjadi pekusinya,...lalu mereka main bersama. Sangkin serunya cerita-cerita lucu yang tercipta saat itu maka, mereka memperagakan lantunan itu menjadi adegan dadakan. Lalu makin banyak yang nongkrong plus nonton kelucuan mereka.

Selain gamelan dan wayang kulit di Indramayu, banyak juga tontonan sandiwara panggung, alian wayang orang yang di Iringi gamelan. Pantesan saja anak nongkrong ini sudah terbentuk pikirannya seperti wayang orang di atas panggung dengan cerita-cerita dari wali songo.

Orang seperti Jaham, terbisa menciptakan lagu dalam hitungan jam, perjam. Karena mereka terbiasa apa saja bisa dilantunkan dan menjadi syair. sehingga gampang untuk mencari rytmenya.

Sugra dan temannya sering di panggil manggung di hajatan dengan gelar tikar dan lampu petromax. Drama-drama yang muncul Saida-Saeni, Pegat Balen, maupun Lair Batin merupakan cerita-=cerita legenda setempat yang dihubungkan dengan kisah nyata dan mitos.

Jadilah tahun 1962 Badan Pemerintah Harian daerah saat itu tanggal 17 Agustus di resmikan bahwa TARLING sebagai nama resmi jenis musik itu. Dari pada mereka menyebutnya yang aneh-aneh, seperti Melody Kota Ayu (Indramayu), atau Melody kota Udang (Cirebon). Juga saat itu RRI (Radio Republik Indonesia) Cabang daerah, kesulitan meyebut jenis musik ini, lalu resmi juga di sebut TARLING.

Mulai lah resmi nama TARLING, hingga muncul nama-nama lainnya seperti JAYANA, Jayana ini yang paling terkenal dalam menyebut TARLING, bahkan di mitoskan dia juga yang mempopulerkan TARLING pada awalnya, lalu ada CARINIH, YAYAH KAMSIYAH, Hj DARIYAH dan DADANG DARMIYAH, mereka ini adalah orang-orang yang melantunkan TARLING dan akhirnya terkenal sehingga mereka di sebut itu andil mempopulerkan TARLING di tahun 1950’an, termasuk UCI SANUSI.

Tahun 1960’an muncul yang baru lagi, ABDUL ADJIB, dari desa Buyut kecamatan Cirebon Utara dan Sunarto Martaatmadha dari desa Jemaras, Cirebon. Lulut Casmaya dari Kabupaten Majalengka.

Dari Hj DARIYAH, muncullah muridnya Mamat Surahmat yang menggabungkan Dangdut Tarling. Lalu ada juga Pepen Effendi yang juga menggabungkan Dangdut Tarling.

Ada yang lebih seru, Nano Romanza. Dia pesaing Rhoma Irama, dengan group ROLISTA (Rombakan Linkungan Seni Tarling). Dia yang mencampurkan secara terpisah, DRama Tarling yang di iringi musik dan nyanyian, lalu part berikutnya Dangdut. Sehingga menjadi Drama Tarling Plus Dangdut. Dia lah yang membuat Drama Tarling dan dangdut satu panggung. Hal ini untuk membuat penonton tidak jenuh.

Yang menarik dari Nano Romanza adalah, dia membuat musik seperti dalang, dia menggunakan bahasa Jawa Indramayu, ada pembukaan dan lagu-lagunya sesuai dengan dalang yang di iringin musik dangdut sangat Jawa dengan intonasi gamelan. Dari sini orang mulai berfikir dangdut yang berbahasa Jawa dengan intonasi gamelan. Dan lantunan cengkok Sinden wayang di pakai untuk penyanyi. Intinya adalah bagaimana wayang dan sinden itu pindah dalam satu jenis musik yang akhirnya mereka menyebutnya Dangdut Jawa/Indramayu, sehingga lama-kelamaan menyebutnya Dangdut Tarling.

Tarling berproses di berbagai daerah dengan pemikiran dan krteatif masing-masing, sehingga Tarling ini sangat beragam dalam pencampuran dengan Dangdutnya. Tetapi yang paling khas dari Tarling Dangdut adalah cengkok penyanyinya yang sangat Sinden wayang Jawa Barat, lalu melodinya yang berbasis gamelan Jawa Barat.

Yang hampir berbarengan ada Yoyo Suwaryo. saat itu masih gabung dengan Hj DARIYAH - Tarling Cahaya Muda -

Intinya, dari Tongkrongan menjadi seni, dan seni itu mulai di suaki, panggilan manggung hajatan, hingga mencetak lagu di pita kaset dan jadilah sebuah kepopoleran yang di cintai Rakyatnya. DRama yang sangat akrab dengan masyarakat, problem dan mitos sesuai dengan lyrik lagu, menjadikan mereka cepat populer di wilayah mereka.

Siring melejitnya populer musik ini, hajatan banyak dan rekaman lagu pun banyak, lalu muncula penyanyi-penyanyi yang di sukai karena lagu-lagu yang bagus.

Drama yang terminal dalam TARLING     1.    Baridin, karya Abdul Adjib     2.    Saedah Saeni, karya Uci sanusi     3.    Ajian Semar mesem     4.    Kang Ato Ayame Ilang (Gandrung Kapilayu), karya Sunarto MA.     5.    Sruet (Nyupang Kuntilanak) tarling Cahaya Muda/H. T Ma’mun

Lagu Hits     1.    Warung Pojok, Hj. Uun     2.    Kembang Boled, Cipt. Hj. Abdul Adjib     3.    Nambang Dawa, Ini Damini     4.    Manuk Dara Sepasang, Hj. Dariyah     5.    Sulaya janji, Hj, Dariyah     6.    Pemuda Idaman, Itih, S     7.    Jawa Sunda, Yoyo Suwaryo     8.    Mboke Bocah, Yoyo Suwaryo     9.    Pengen Dikawin, Dewi Kirana     10.    Sewulan Maning, Aas Rolani, dst.

Grup-grup Tarling :     1.    Putra Sangkala, pimpinan H. Abdul Adjib     2.    Nada Budaya, pimpinan Sunarto martaatmadja     3.    Kamajaya Grup, pimpinan Udin Zaen     4.    Primadona, pimpinan Pepen Effendi     5.    Cahaya Muda, pimpinan H. Ma'mun/Hj.Dariyah     6.    Bhayangkara Putra Buana     7.    Chandra Lelana, pimpinan Maman Suparman     8.    Jaya Lelana, pimpinan Jayana     9.    Dharma Muda, pimpinan Yoyo Suwaryo

30 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page