top of page
Search
  • Writer's picturetarlingisdarling

WARUNG DOYOK/DODOK

Kalian tahu kenapa saya kasih judul DARLING (DAngdut taRLING) TARLING=DARLING

Catatan dari pinggiran JALAN PANTURA, Berisik (agar bisa bisik-bisik sama pelayan warung kopi), di tambah mbak yang lain sedang karaoke, suara fales tidak apa yang penting celana gemes, lampu remang-remang susah menebak apa itu perempuan apa banci, kalau tidak di pastiin pasti salah, jangan2 mantan supir truk. Kopi secangkir bisa nongkrong 2 jam, tapi si pelayan jajannya lebih banyak, dan masuk dalam bon kita, dari pada rugi di pangku saja.... (itulah awal sebutan kopi pangku atau warung dodok (duduk=baca).


Membuat film tidak lah mudah di Indramayu, apalagi mengambil tema kesenian daerah yang tidak di lirik orang, yang dianggap miring, negative dan sebagainya. Serasa barang yang usang dan tersisih dari budaya Indonesia. Tapi inilah yang saya suka, sebuah tantangan dan suatu yang akan menjadi emas (semoga).


Sudah yakin dan paham, tidak ada yang mau danai, dan juga tidak ada ph yang mau. Karena ceritanya kurang populer saat ini dan pemainnya juga tidak ada yang terkenal layaknya muka ganteng dan cantik di TV, (versi TV)


So, berangkat sendiri saja, niat tulus. Sebelumnya kenapa harus dangdut untuk film ke dua, karena topeng monyet lah (film sebelumnya) yang membawa saya ke Indramayu. Karena saat shooting topeng monyet mereka selalu putar lagu dangdut tarling, dan kebetulan mereka tinggal dengan satu daerah besar berasal dari Indramayu dan Cirebon di pinggir Jakarta. Jadi saya sangat akrab dengan dangdut tarling saat itu, sampai punya gagasan, film kedua harus tentang dangdut, harus ke Indramayu, pingin tahu.


Rasa penasaran muncul, harsart menggebu, birahi memuncak, pantura pula...., Crooot.


Apa yang saya lihat cukup membuat saya tercengang, sexy, remang-remang, budaya, pesantren, agama, entertaiment menjadi satu. Binggung, lalu muncul lagi, Janda, anak, janda, mantan, Tkw. Tambah bingung. Lalu muncul lagi modus, cinta, artis lokal, penyanyi, baju, bedak, rambut palsu, sepatu hak,...makin tambah bingung. Lalu muncul sekali lagi,cemburu dan lagi-lagi rasa cemburu....

Begitu hebatnya daerah ini, yang memiliki sawah yang cukup indah dengan tekstur tanah yang landai. Dulu saya kira Indramayu pinggir laut, bau amis dan panas. Ternyata tidak, itu hanya Indramayu di jalan pantura saja, saat memasuki desa-desa mereka, maka terhampar sawah yang luas nun jauh di mato, irigrasi air dan sungai yang cantik dan bendungan yang hebat.


Karena uang pas-pasan saat shoting akhirnya mondok di rumah orang, nyamuk banyak, panas dan tidak ada pintu kamar saya. Obat nyamuk bakar, oles dan semprot tidak mempan juga, akhirnya harus import kelambu dari Thailand, jadi tidur dalam kelambu. Di balik kelambu.


Karena uang tipis, paling enak shooting di panggung dulu, mumpung lagi musim panen dan banyak hajatan. Dari panggung ke panggung tiap hari shoting. Dari lagu yang tidak tahu dan tidak di sukai menjadi suka dan hafal lagunya. Enaknya shoting di panggung, jam makan siang di suruh makan sama tukang hajatan, pas malam juga di kasih makan, kopi, gratis. Gimana tidak enak, baru datang pagi jam 10 saja sudah di suguhin kopi, plus dapat rokok 3 bungkus. Ternyata, semua penyanyi, tukang panggung, sound, musisi, mc, pelawak, tukang shooting kawinan, tukang photo dan saya, dapat jatah rokok. Syukurlah....(jatah sampai malam katanya, berarti tidak boleh cabut sebelum aksi panggung kelar,...aduh..)


Pas lagi shoting di atas panggung duduknya samping para penyanyi cewek2 yang sexy, mau ngobrol suara musik berisik. Jadi sok cool aja. Ketika ada penyanyi yang menarik untuk di shoot dan tukang sawer aksi, shoting mulai. Semakin lama shoting, semakin banyak tukang sawer naik panggung, semakin saya gila,..tukang sawer dan tukang mabuk juga aksinya gila dan heboh. Nyawernya tidak teratur,..gila.gilaaan.


Pas kelar panggung, bagi-bagi uang saweran, saat shoting mereka, saya dapat jatah uang sawer. Kata mereka, kalau tidak di shoting, tukang sawer tidak akan heboh nyawernya, jadi mereka berterima kasih pada saya, karena gaya saya aneh, dan kamera aneh dari pada tukang shoting video kawinan, jadi penonton kira saya orang jakarta yang lagi meliput. Oh,...pantesan,...mereka tanya, kapan tayang? atau kapan DVDnya di jual di pasar? Cuma tukang shoting kawinan saja yang sewot, karena merasa tersaingin, sibuk tanyain kamera saya dan alat saya, saya bilang saja tidak tahu, ini juga baru belajar pake kamera, shoting buat youtube. Tukang shoting yang sekarang pakai seragam layaknya crew TV jkt sekarang mulai tidak sewot lagi. Mulai saya di acuh kan,...syukur lah.


Dari panggung ke panggung situlah mulai banyak kenal orang. Beberapa musisi ngajak untuk mampir ketempat mereka, termasuk juga penyanyi yang sexy,,(ups, keceplosan).


Bercerita sambil shoting dengan mereka akhirnya terbentuk di benak, apa yang harus saya angkat ke dalam film. Apa yang menarik dengan ini semua untuk film yang durasi paling panjang 2 jam saja. Hanya 2 jam sa....ja....jreng..!


Setelah 2 minggu pulang ke jkt merenung, apa iya saya mau lanjutkan? Mulai ragu, apa iya ada yang mau nonton, apa iya bisa bagus, apa iya ...apa iya..apa iya...


Coba saya edit dulu apa yang saya dapatkan selama di sana,...ternyata ngehek juga...ide dapat dan segalanya muncul, wow,... Saat kagum, penyanyi2 sexy nge text, kapan ke sini lagi, kita mau arisan, kita mau ngumpul, kita mau bla..bla..bla...


Setelah dapat apa yang harus saya bikin, akhirnya kembali lagi ke sana. Turun dari kereta, preman sudah nyapa saya, tukang warteg sudah nyapa, tukang ojek sudah nyapa,...ternyata selama shoting dari panggung ke panggung, dari daerah-ke daerah,...saya sering di lihat orang dengan aksi total shoting di panggung. Ini yang membuat semua penonton yang menonton ke panggung kenal saya..sambil mungkin bertanya-tanya, siapa lagi orang aneh yang di atas panggung itu....?. Mungkin karena gaya shoting beda-dari yang lain, (beda dari yang lain???), kalau cerita kita beda dari yang lain, kita akan menjadi sesuatu,??? Saya sedang mengerjakan sesuatu yang sangat beda dengan yang ada, tema, gaya film dan lainnya, walau bermodal jelana jeans sobek di dengkul.

Sekarang saya jadi terkenal,..hahahhaha...bukan karena oke, tapi aksi shoting di panggung yang membuat orang menyukainya...., ada apa memang..? Apa yang salah? Tauk deh.

Saat di warteg, tukang warteg sapa saya,..Hai Kang,...Gimana, rame? (kayak bis aja),..enggak juga. Dari mana? Shoting di panggung. Oh...,


Lagi cari cewek ya?, Maksudnya,. Iya cari cewek untuk di angkat jadi penyanyi.. (Wa Asuh...!), karena saya bandel dan ingin tahu apa maksudnya itu saya ladenin saja...

Iya nih, lagi cari penyanyi yang mau di angkat. Oh,..daerah sana banyak, semua janda,...pasti mereka mau, di pacarin juga mau, di kawini juga mau,...asal di orbitkan jadi penyanyi saja.

(dalam hati saya bukan mau orbitkan penyanyi, saya mau bikin film).

22 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page